Dublin Core
Title
GAMBARAN PROTEINURIA PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU YANG MENDAPAT TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI RS. KHUSUS PARU PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018
Subject
proteinuria, rifampisin, streptomisin, tuberkulosis paru
Description
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Dalam pengobatannya, pasien tuberkulosis diharuskan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis (OAT). OAT seperti Rifampisin dan Streptomisin dapat menyebabkan nefrotoksik yang disertai dengan proteinuria. Proteinuria adalah keadaan dimana adanya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dL pada urin sewaktu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran proteinuria pada pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi OAT di RS. Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan umur, lama pengobatan dan kategori obat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel pemeriksaan yang digunakan adalah urin sewaktu. Populasi penelitian adalah seluruh pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi OAT di RS. Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah sampel penelitian sebanyak
38 pasien tuberkulosis paru yang ditentukan dengan teknik accidental sampling. Metode pemeriksaan protein urin menggunakan metode carik celup (dipstick). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 orang (15.8%) pasien tuberkulosis paru dengan proteinuria positif dan sebanyak 32 orang (84.2%) pasien tuberkulosis paru dengan proteinuria negatif. Dari 6 orang dengan proteinuria positif, berdasarkan umur ada 3 orang (23.1%) dengan umur berisiko (> 50 tahun) dan 3 orang (12.0%) dengan umur tidak berisiko (≤ 50 tahun); berdasarkan lama pengobatan ada 3 orang (20.0%) dengan pengobatan fase intensif dan 3 orang (13.0%) dengan fase lanjutan; berdasarkan kategori obat, terdapat 4 orang (13.3%) menggunakan obat kategori 1 dan 2 orang (25.0%) dengan kategori 2. Dengan demikian disarankan bagi pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi OAT untuk banyak mengkonsumsi air putih dan secara rutin memeriksakan fungsi ginjalnya.
Dalam pengobatannya, pasien tuberkulosis diharuskan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis (OAT). OAT seperti Rifampisin dan Streptomisin dapat menyebabkan nefrotoksik yang disertai dengan proteinuria. Proteinuria adalah keadaan dimana adanya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dL pada urin sewaktu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran proteinuria pada pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi OAT di RS. Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan umur, lama pengobatan dan kategori obat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Sampel pemeriksaan yang digunakan adalah urin sewaktu. Populasi penelitian adalah seluruh pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi OAT di RS. Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah sampel penelitian sebanyak
38 pasien tuberkulosis paru yang ditentukan dengan teknik accidental sampling. Metode pemeriksaan protein urin menggunakan metode carik celup (dipstick). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 orang (15.8%) pasien tuberkulosis paru dengan proteinuria positif dan sebanyak 32 orang (84.2%) pasien tuberkulosis paru dengan proteinuria negatif. Dari 6 orang dengan proteinuria positif, berdasarkan umur ada 3 orang (23.1%) dengan umur berisiko (> 50 tahun) dan 3 orang (12.0%) dengan umur tidak berisiko (≤ 50 tahun); berdasarkan lama pengobatan ada 3 orang (20.0%) dengan pengobatan fase intensif dan 3 orang (13.0%) dengan fase lanjutan; berdasarkan kategori obat, terdapat 4 orang (13.3%) menggunakan obat kategori 1 dan 2 orang (25.0%) dengan kategori 2. Dengan demikian disarankan bagi pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi OAT untuk banyak mengkonsumsi air putih dan secara rutin memeriksakan fungsi ginjalnya.
Creator
ENDAH DWI PUTRI
Publisher
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Date
2018
Contributor
DIAH NAVIANTI, S.Pd., M.Kes
Format
PDF
Language
INDONESIA
Type
KTI MAHASISWA