Dublin Core
Title
GAMBARAN SGPT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU YANG MENDAPAT TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018
Subject
tuberkulosis, obat anti tuberkulosis, SGPT
Description
Penggunaan obat anti tuberkulosis seperti isoniazid dan rifampisin dapat mengakibatkan kerusakan fungsi hati akibat obat yang disebut dengan hepatitis imbas obat. Hepatitis jenis ini dapat menyebabkan meningkatnya kadar Serum Glutamic Pyruvate Transaminase (SGPT) yang merupakan enzim utama yang ada di hati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran SGPT pada pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018 berdasarkan jenis kelamin, usia dan lama pengobatan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) di Rumah Sakit Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah sampel penelitian sebanyak 38 pasien yang ditentukan dengan teknik accidental sampling. Metode pemeriksaan kadar SGPT menggunakan metode fotometri. Hasil distribusi statistik menunjukkan mean 16,7 U/l, median 16,2 U/l, standar deviasi 8,1 U/l, kadar minimum 4,8 U/l, kadar maksimum 42,4 U/l, dan dari 95% confident interval for mean disimpulkan bahwa rata-rata kadar SGPT berada diantara 14,0 - 19,4 U/l. Didapatkan sebanyak
3 orang (7,9 %) dengan hasil kadar SGPT meningkat dan 35 orang (92,1%) dengan hasil kadar SGPT normal. Dari 3 orang dengan hasil peningkatan SGPT, berdasarkan jenis kelamin semuanya (100,0%) berjenis kelamin laki-laki; berdasarkan usia ada 2 orang (8,3%) pada kategori usia berisiko (≥ 41 tahun) dan
1 orang (7,1%) pada kategori usia tidak berisiko (< 41 tahun); dan berdasarkan lama pengobatan ada 1 orang (7,1%) pada lama pengobatan ≤ 2 bulan dan 2 orang (8,3%) pada lama pengobatan > 2 bulan. Disarankan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati secara rutin.
3 orang (7,9 %) dengan hasil kadar SGPT meningkat dan 35 orang (92,1%) dengan hasil kadar SGPT normal. Dari 3 orang dengan hasil peningkatan SGPT, berdasarkan jenis kelamin semuanya (100,0%) berjenis kelamin laki-laki; berdasarkan usia ada 2 orang (8,3%) pada kategori usia berisiko (≥ 41 tahun) dan
1 orang (7,1%) pada kategori usia tidak berisiko (< 41 tahun); dan berdasarkan lama pengobatan ada 1 orang (7,1%) pada lama pengobatan ≤ 2 bulan dan 2 orang (8,3%) pada lama pengobatan > 2 bulan. Disarankan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati secara rutin.
Creator
SHARFINA ALYANI
Publisher
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Date
2018
Contributor
DIAH NAVIANTI
Format
PDF
Language
INDONESIA
Type
KTI MAHASISWA